GLOBAL VILLAGE

11 Maret 2004. Sejak bangun pagi (sangat pagi, ukuran Madrid) yakni pukul 07.00, saya langsung ‘giat bekerja’. Bisa dimengerti. Tinggal sebulan lagi harus menghadapi Ujian Tesis.

Karena saking kerja, saya pun tidak menghidupkan internet. Biar konsentrasi terjaga, dan tertuju pada tesina. Saya pun meneruskan diam di dalam kamar. Baru pada pukul 10.00 saya coba ‘refreshing’ dengan menghidupkan komputer, lalu Internet. Dan tentu saja, saya langsung cek email.

Begitu terkejutnya saya. Hampir 100-an email yang menanyakan keadaan saya.  Ada email dari Jerman, AS, Paraguay, Chile, Bolivia, Australia, dan tidak lupa Papua Nugini. Eh, ada juga dari Afrika: Bostwana, Nigeria, Ghana. Semuanya menanyakan keadaan saya.

Ah, apa yang terjadi? Saya sendiri tidak mencemaskan diriku, mengapa orang lain ‘repot’? Memang ada apa? Emang ada peristiwa apa? Saya lalu keluar kamar dan bertanya ke teman lain. Ternyata, pada pukul 07.35, demikian menurut informasi dari teman, yang kemudian ditambahkan dengan berita TV saya memahami bahwa para teroris merencanakan sebuah pembomban ‘luar biasa’.

Rancangannya ‘sederhana’ sekali. Empat bom ditempatkan pada empat kereta berbeda, yang menurut perkiraan, ketika keempatnya tiba di stasiun yang sama, maka akan terjadi ledakan yang sangat hebat.

Sejak Peristiwa kelabu 11 Maret itu saya paham, dunia kini hanya seperti sebuah kampung. Informasi yang terjadi di satu tempat, dengan cepat diketahui oleh orang lain. Tidak hanya itu. Informasi itu begitu menggugah. Dalam banyak hal, peristiwa tragis, selalu diikuti dengan aneka tindak lanjut. Itulah manfaat positif dari sebuah globalisasi. Adanya globalisasi solidaritas, hal mana sangat penting untuk dunia sekarang ini.

Pembenaran arus global informasi ini kembali terasa, saat tulisan ini saya ‘up date’. Letusan gunung Merapi, Banjir Bandang Wasior, dan Tsunami di Mentawai adalah peristiwa yang sangat memilukan. Hebatnya, arus komunikasi begitu berperan. Solidaritas dengan mudah tercipta. Bantuan berdatangan demi meringankan beban.

Inilah wajah positif globalisasi. Selamat ‘beglobalisasi’.

Leave a comment