P. ANDE MUA, SVD DAN P. PAUL PEMULET, SVD “HIDUP LAGI”

P. PAUL PEMULET, SVD DAN P. ANDE MUA, SVD

“HIDUP LAGI”

20140802_110342                    (Wakil keluarga dari P. Ande dan P. Paul)

Hari Sabtu, 2 Agutus 2014, betempat di Aula Santo Antonius Matraman, dirasakan sesuatu yang agak lain. Seakan, dua misinaris asal Paroki Lerek, yang ditahbiskan bersamaan di Lerek 1 Juli 1979 ‘hidup’ lagi.20140802_115353Undangan khusus: Kiri ke kanan: Bernard Boli Rebong, Herman Loli Wutun, Ignas Kleden, Brigjen (Purn) Anton Tifaona

Mengapa? Kehadiran 600an orang menunjukkan kecintaan mereka pada sang pioner itu. Kesan tentang mereka selalu kuat dan tetap hidup karena keduanya selama hidup selalu memberi yang terbaik bagi orang lain. Kepribadian mereka dan cara bergaul telah meninggalkan aneka pengalaman.20140802_120832                                            Konselebran

Itulah yang terasa. Misa yang dipersembahkan oleh empat imam (P. Hendrikus Mado Tolok, SDB; P. Felix Kosat, SVD, P. Kristo Bala, SVD, dan P. Mikael Peruhe  Unarajan, OFM), itu tak terasa berlangsung selama 2 jam lebih. Misa itu menjadi panjang karena selain diiring lagu baik oleh Trio Deston maupun koor umat yang dipimpin oleh Lukas Luhi Tolok dan diiring organis Ben Ayung Namang, sangat menyentuh di hati.

Model Sharing

Homili perayaan ekaristi dibawakan secara bergantian oleh awam dan pastor. Tiga orang awam memiliki kenangan tersendiri, kemudian dilengkapi empat imam konselebran.20140802_112624Organis: Ben Ayung Namang (cucu P. Paul Pemulet, dan murid P. Ande Mua)

Model homili ini dipilih selain karena itulah esensi sebenarnya dari homili (homilein artinya percakapan kekeluargaan), tetapi juga karena sesuai dengan model homili yang selalu diterapkan oleh P. Ande setiap kali libur di Lerek. Misa yang dirayakan Ande sungguh sebuah sharing karena semua orang diberi kesempatan untuk berbicara dan sharing pengalaman kehidupannya.20140802_121150Pater Christo mengenang ketika Pater Ande masih frater dan bertanya: ene suke ner tua (siapa mau jadi imam). Kristo mengangkat tangannya.

Dr Ignas Kleden, adalah kakak kelas Ande sewaktu di Seminari Menengah dan Seminari Tinggi, tetapi tetap dekat  karena adiknya, P. Leo Kleden, SVD (kini provinsial SVD Ende) adalah teman sekelas P. Ande dan P. Paul. Keduanya adalah orang yang cerdas dan selalu serius. Memang Ande sedikit ‘kalem’, sedangkan Paul sangat suka bergaul. 20140802_113635Dr Ignas Kleden: Angkan imam P. Ande dan P Paul adalah kumpulan orang-orang hebat. Tidak ada yang meninggalkan imamat tetapi banyak yang sudah meninggal dalam usia muda.

Yang menarik, kata Ignas, angkatan ini tidak ada yang meninggalkan imamat, tetapi ya, begitu banyak yang meninggal dunia.  Salah satu diantaranya P. Sebast Fernandez, SVD yang meninggal dalam kecelakaan lalulintas di Lewolaga, justeru ketika baru selesai studi Teologi Moral di Jerman. Nama lain yang sudah wafat juga seperti: P Felix Mado Doni, SVD, P. Yosef Suban, SVD. (Sewaktu mendapat berita tentagn sakitnya yang parah, Pater Ande selalu berulang, Pater Yosef Suban, SVD sudah datang mau jemput saya. Kalau dia jemput, kita pergi kah…, kata Ande dalam canda)

Ignas sangat gembira dengan model sharing kali ini. Baginya, yang diadakan dalam misa bukan sharing biasa tetapi sebuah sharing kehidupan. Di sini semua orang merasa untuk berbagi kehidupan, sebuah model kehidupan yang ditinggalkan oleh dua misionaris ulung asal Paroki Lerek yang telah memberikan kehidupan, demikian ungkapan Ignas Kleden, di hadapan sekitar 600 orang yang menghadiri misa syukur pada Sabtu, 2 Agustus 2014.20140802_112732                         Lukas Luhi Tolok, dirigen dan Panitia Perayaan

Ladis Naisaban, komponis musik gerejani mengungkapkan dirinya merupakan orang yang peling dekat dengan Pater Ande baik ketika masih frater novis di mana Pater adalah pembimbing tahun 1981. Saat itu Pater Ande baru selesai ditahbiskan menjadi imam dan dipercayakan menjadi pembimbing.

20140802_115001Ladis Naisaban: P. Ande sangat konsisten pada keputusan dan berani mengambil keputusan dalam suasana apa pun.

Delapan tahun kemudian, ketika tamat, P. Ande memintanya untuk menjadi ‘asisten’ alias socius, tepatnya tahun 1988 saat angkatan kedua di Nenuk.

Ande, bagi Ladis sangat tegas, konsisten dengan tugasnya, dan berani mengambil keputusan. Ia tegas dalam mengambil keputusan dan tidak akan mundur. Apa yang diputuskan pasti dilaksanakan dan tidak akan mundur. Dalam melaksanakan tugas, ia banyak mendapatkan tantangan dari konfrater tetapi Ande tidak akan mundur, kalau hal itu dianggap baik.

Daniel Mangu, mengawali sharingnya dengan ‘batuk’ khas P. Ande Mua, SVD. Sebuah batuk yang kadang ditiru dengan sangat mirip oleh teman-temannya untuk mengakutkan teman yang lagi tidak disiplin.

Daniel mengungkapkan pengalaman mendalam dengan magisternya di Ledalero, tahun 1985-1986. Ande adalah pribadi yang sangat disiplin dan teratur atau dalam bahasa gaulnya sangat ‘necis’. Ande tahu kapan harus berdoa dan melaksanakan tugas. Sebagian waktunya dilewatkan di dalam kamar, demikian Daniel yang kini staf Kementrian Agama, Bimas Agama Katolik Pusat.20140802_115223Pater Ande adalah orang yang dedikatif, melewatkan waktu di kamar dan selalu ‘necis’ alias rapi (Daniel Mangun)

Ande adalah orang yang sangat menekankan keramahtamahan dan pelayanan. Kehidupan imamat adalah untuk melayani karena itu para frater harus berlatih untuk melayani siapa pun yang datang. Hospitalitas atau keramahtamaan harus dibina sejak frater.

Meskipun Ande kadang ‘menakutkan’ karena ia tidak akan ‘main-main’ kalau ada pelanggaran yang serius. Ia tidak tanggung-tanggung mengeluarkan frater bila mereka tidak berdisiplin apalagi tidak mau berdoa. Tugas imam adalah berdoa, karena itu tanpa doa, seseorang tidak bisa jadi imam.20140802_122853     Membacakan riwayat hidup P. Ande dan P Paul (Gabriel Kia Bakin Tolok)

Memperhatikan Makanan Frater…

P. Felix Kosat, SVD yang pernah menjadi rekan kerja di Timor, mengungkapkan kekagumannya pada Pater Ande. Dia merupakan seorang saudara yang setia dalam tugasnya. Dalam hubungan dengan saudara, ia selalu memperhatikan.20140802_115414

Sementara itu dengan P. Paul Pemulet, SVD, Felix Kosat, SVD yang akan bertugas sebagai misionaris di Amerika Serikat mengungkapkan pengalamannya ketika membantu P. Paul di Lela tahun 1980.  Waktu itu Pater Pemulet, SVD sebagai pastor pembantu si Sikka Lela. Paul adalah seorang sahabat dan konfrater.20140802_120733

Pater Mikael Peruhe OFM mengungkapkan bahwa darah misionaris Becker yang dibunuh di Watuwawer kemudian disiram dengan imamat Pater Ande dan Pater Paul. Dari sana semua kampung yang lain mendapatkan berkat. Mereka dua bagai ‘wai matan pito’, 7 sumber mata air yang mengalir.

20140802_113406Bagi Mikael, Ande sangat humoris. Dalam pertemuan di Lebao, dalam sebuah acara kaul kekal, Ande baru mengenal baik Pater Mikael dan P. Pole Unarajan. Tetapi ia mengungkapkan humor yang sangat menyegarkan. “Mari kita berteduh, sebagai dalam kepanasan begini, kita tidak akan kelihatan kegantengan”, demikian Ande beseloroh.20140802_111430Di luar ruangan strategi terus diatur sehingga acaranya lancar

Pater Hendrikus Mado Tolok, SDB, memiliki pengalaman lain. Ande adalah seorang kakek, dalam status. Sebuah jarak yang sangat jauh antara kakek dan cucu. Tetapi Pater Ande selalu menjembatani jarak dengan kata-kata dan teladan yang membanggakan.

Dalam nada canda, Pater Endi mengungkapkan kata-kata yang selalu diingat: “Ama, engka muka buruk jadi kalau jadi imam, itu sudah yang terbaik”, demikian ungkapan Endi yang kini bekerja di Paroki Sunter sambil ditanggapi tertawa umat sekalian.

Hal yang paling berkenan, kata pastor yang menyelesaikan teologinya di Philipina, dalam kunjungan terakhir pada bulan Februari yang lalu. Saat itu ia meminta Endi untuk menjemputnya. Ande merasa sangat kagum dan bangga pada Endi yang tidak sulit menemukannya di Bandara.20140802_112457      Lectris yang sangat indah melantungkan suara dalam bacaan

Ande yang tertegun betanya: “Ama, bagaimana kamu mengenal saya begitu mudah”. Dengan sedikit canda, Endi menjawab: “Tidak susah Pater karena semua di sini ganteng-ganteng semua, sehingga tidak sulit mencari orang yang jelek”, demikian jawaban satu-satu.20140802_113437Sharing pengalaman hampir satu jam tetapi umat tetap menyimaknya

Sebagai kesimpulan, P. Kristo Bala, SVD mengungkapkan kesaksiannya sejak kecil. Saat itu P. Ande masuk ke SD dan mengisahkan pengalamannya serta bertanya tentang siapa yang jadi imam. Serentak, Kristo (P. Kristo) dan Anis (P. John Bala Tolok, kini di Philipina), mengangkat tangan. Ternyata tangan terangkat itu sangat bermakna.20140802_113213Seorang ibu khusuk berdoa sambil menjaga persembahan…

Hal lain yang paliing menyentuh saat novisiat dipindahkan ke Nenuk. Saat itu Kristo adalah angkatan pertama. Ande sangat mengharapkan agar makanan para frater diperhatikan karena mereka harus bekerja keras. Sebuah pengalaman yang indah karena para frater menikmati makanan enak meski untuk itu harus dibayar dengan kerja keras menebas rumput dan tidur di bangsal karena waktu itu belum ada kamar yang tersedia.

Milik Bersama

Acara misa syukur 40 hari Pater Ande dan 22 tahun P. Paul Pemulet, direncanakan sangat sederhana. Awalnya hanya dibuat secara internal tetapi kemudian semua umat paroki Lerek merasakan bahwa kedua imam itu adalah milik mereka.20140802_113605Yang mengherankan, ternyata kedua imam itu selain sudah ‘teman kelas’ sejak Seminari Menengah di Hokeng hingga ditahbiskan di Lerek tanggal 1 Juli 1979, keduanya kemudian mendapatkan tugas belajar untuk menjadi pengajar. Salah seorang menjadi pembina bruder dan katekis di Ende sambil menjadi prokurator misi (P. Paul Pemulet, SVD), sementara Ande Mua SVD melewatkan sebagian hidupnya dalam pengambdian dan pembinaan para frater.20140802_113159Selain itu, kedua imam asal Paroki Lerek itu juga wafat pada bulan Juni (13 Juni, Paul dan 24 Juni, Ande). Dari situ keluarga menemukan alasan untuk bisa mengenang kedua misionaris ini dalam perayaan misa bersama.

20140802_112632Yulius Labi Tolok, mengumandangkan Mazmur yang diambil dari moto imamat Pater Ande: “Tuhan selalu setia dalam SabdaNya”

Acara ini menjadi menarik karena dengan tema: “Kematian yang Menghidupkan”, semua umat merasakan bahwa kepergian kedua misionaris ini harus menjadi momen untuk menghidupkan hal lain.GEREJA ATAWOLO

Gereja St. Paulus Atawolo, tempat P. Paul Pemulet, SVD dibabtis lagi dalam proses ‘finishing’, membutuhkan bantuan semua pihak. Sumbangan dapat dialamtkan ke Rekening BRI No 3491-01-043137-53-1 atas nama PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA ATAWOLO dan Rekening BCA 6280838827 atas nama MARIANUS PERUHENUBAN.

Salah satu di antaranya adalah melanjutkan karya gereja. Hal yang paling mendesak sekarang, Gereja tempat P. Paul Pemulet, SVD ditahbiskan, dalam pembangunan. Berbagai usaha telah dilaksanakan. Segala daya dikeluarkan. Dengan momen perayaan, demikian ungkap Bernard Boli Rebong, sponsor pendirian gereja mereka mengharapkan agar semangat itu bisa muncul lagi berkat kematian dari kedua misionaris.20140802_115427“Kita harus siap membangun Gereja di Paroki Lerek. Setelah Lewokurang, kini Atawolo, dan giliran berikut gereja lain di Paroki Lerek dan Lembata yang harus dibantu”, Bernard Boli Rebong.

Dari pertimbangan ini, maka misa sekaligus digagas untuk bisa launching CD rohani yang dananya digunakan seluruhnya untuk pembangunan Gereja Santu Paulus Atawolo. Di sini lalu diadakan koordinasi dan dalam waktu yang cukup singkat dapat digagas sebuah acara dengan partisipasi lebih banyak orang.20140802_110957Siapa bernyanyi baik  berdoa dua kali. Trio Destone dengan suara emasnya mencari dana untuk Gereja Santu Paulus Atawolo Paroki Lerek

Untuk terwujudnya acara ini maka kehadiran “Trio Destone” yang nyanyi secara ‘live’ merupakan sebuah kontribusi yang besar. “Mereka sebagai orang Batak telah menunjukkan rasa cintanya kepada Lewotanah, maka kita pun harusnya lebih dari mereka”, demikian ungkap Boli Rebong.TRIO DESTON UNTUK GEREJA ATAWOLO

Tiga pemuda Batak: Hutapea, More Simorangkir, dan Ichon Purba rela menyumbangkan suara emasnya untuk membantu pembangunan Gereja Atawolo. Penjualan CD “Besar KuasaMU” seluruhnya untuk mendukung pembanguann Gereja Atawolo.

Melihat semangat dan kerja yang ada, Petrus Bala Patyona, SH, pengacara kondang, menngagumi usaha yang sudah dilaksanakan. Ia dengan tegas membantu agar gereja Atawolo dapat terwujud dan selesai. Hal senada diucapkan oleh Herman Loli Wutun. Petinggi pada PUSKUD, memberikan dukungan yang sama.20140802_113411Yang tidak kalah penting, kelelahan setelah misa bersama disegerkan oleh makan bersama yang disediakan keluarga secara gotong royong. Setiap keluarga asal Paroki Lerek berkontribusi dalam bentuk makanan sehingga menjadikan acara resepsi kelebihan makan oleh kontribusi secara spontan.

Mukjizat penggandaan roti terjadi, demikian Lukas Luhi Tolok, ketua pantia penyelenggara. Lukas mengungkapkan terimakasih atas kontribusi semua pihak, mulai keluarga dan sahabat kenalan. Semoga kematian para misionaris itu menghidupkan semangat.20140802_113146Karena itu seperti dalam mukjizat penggandaan roti, setelah makan, ternyat  masih ada ‘sisa bakul’ yang bisa dibawa. Semuanya itu hanya karena lahir dari kesadaran bahwa ketika setiap orang memberi maka kita semua akan kelebihan.

Yang paling penting, perayana ini menjadi sukses karena semua merasa bahwa Pater Ande Mua, SVD dan P. Paul Pemulet, SVD kini hidup lagi. Mereka hidup dalam hidup kita berkat kematian dalam kehidupan mereka dan kematian dalam kehidupan kita.

20140802_122844Meski berdesakan, semua ingin menyimak dengan saksama.

Hidup Lagi

Acara yang sedianya hanya sampai pukul 15.00, ternyata masih berlangsung. Umat yang datang dari pelbagai sudut kota Jakarta, seakan tiak mau pulang. Mungkin juga karena ada yang tidak bisa keluar dari parkiran karena terlalu sesak. Yang pasti karena semua ketemu saudara dalam suasana persaudaraan.20140802_110945

Perayaan P. Ande dan Pater Paul karena itu membuat semua kita hidup. Tidak saja mereka yang sudah wafat yang kini memberikan kita hidup tetapi yang masih hidup pun terus menghidupi semangat itu dalam  hidup. Kiranya kebersamaan ini dilanjutkan lagi di masa yang akan datang.

Matraman Raya 119, 2 Agustus 2014

Foto-Foto (Carel Cansius Ohoiulun), Tulisan (Robert Bala).

2 Responses to P. ANDE MUA, SVD DAN P. PAUL PEMULET, SVD “HIDUP LAGI”

Leave a comment