KIDEN INA DAN PETEN INA (Catatan atas lagu-lagu Yus Bala Tolok)


KIDEN INA DAN PETEN INA

(Catatan tentang lagu Yus Bala Tolok)

Pada 12 Mei 2020, sebuah lagu dengan judul Peten Ina diluncurkan di Youtube. Lagu yang diluncurkan oleh akun Yancebolly Musik ini dalam hari pertama (12/5/2020) sudah mencapai 1000 lebih penonton. Setiap hari, lagu gubahan Yus Bala Tolok yang dinyanyikan oleh Felix Matarau ini cukup booming dan ‘stabil’ dengan 1000 penonon setiap harinya. Di hari keenam (18/5) hampir mencapai 7000 penonton lebih.

Yang jadi pertanyaan, apa yang menyebabkan lagu-lagu dari pria kelahiran 24 Juni 1969 ini cukup dimintai banyak orang? Apa yang menjadi kekuatannya? Sesungguhnya ada banyak lagu yang telah diciptakan. Sebagian besar telah diproduksikan Konok di bawah pimpinan Damian Nikolaus Koban. Namun tidak bsia disangkali bahwa dua lagu ini mendapatkan apresiasi yang cukup bear dari para penikmat musik. Apa rahasianya?

Membuat sebuah lagu agar bisa ‘booming’ tentu tidak mudah. Ada yang berpikir, dengan mengikuti trend musik yang ada, maka seseorang bisa mendapatkan apresiasi. Benar juga sih anggapan seperti itu. Tetapi secara logis, bila mengikuti alur musik yang biasa, maka yang menjadi ‘tenar’ sebenarnya pencipta lagu aslinya. Yang lain hanya ‘nebeng’ dan berusaha  sedikit untuk ‘mendekatinya’. Ketenaran penyanyi asli hanya sedikit saja memberikan otonomi bagi orang yang mengikuti ritme musiknya. Jelasnya, tidak ada kekhasan yang membuatnya beda.

Seorang pencipta lagu karena itu  memiliki kekhasan tertentu. Lalu bagaimana menenntukan baik tidaknya sebuah karya musik? Sesungguhnya 7 aspek penting yaitu: Intro, verse, bridge, chorus dan reff, interlude, modulasi, and ending, coda / outro. Semuanya akan memengaruhi diterima tidaknya sebuah lagu oleh pendengar. Dalam analisis ini, penulis hanya ingin fokus menganlalisis 2 lagu ciptaan Yus Bala Tolok: Kiden Ina (diluncurkan 2012) dan Peten Ina (diluncurkan Mei 2020) yang sama-sama bisa dikategorikan booming.

Dari dua lagu ciptaan Yus Bala Tolok, terlihat bahwa intro merupakan hal yang cukup menonjol. Pada lagu Peten Ina yang dinyanyikan oleh Felix Matarau, intro menjadi kuat dan simbolis-inspiratif. Dari awal sudah ada suasana yang tercipta. Demikian juga lagu Kiden Ina khusus yang nyanyikan oleh Kaslan Luon. Ada variasi dalam modulasi yang  hidup dan variatif yang memberikan cara berbeda dari lagu yang sama yang dinyanyikan oleh Ponsi Huar.

Yang menjadi sangat kuat dalam Kiden Ina dan Peten Ina ada pada ‘verse’ dan ‘bridge’ serta chorusnya. Verse dari sebuah lagu adalah pengantar sebuah lagu. Sering disebut ‘basa-basi’.

Dalam dua lagu ini seruan ‘ho haya i’ (Kiden Ina) maupun ‘raungan duka’ pada Peten Ina merupakan sebuah awal yang menggugah. Dengan hanya mendengar ‘verse’ sudah bisa tercipta kerinduan untuk bisa mendengar lagu. Kalau diibaratkan dengan makanan, ada ‘bau harum’ dari awal menggoda  orang untuk bisa menikmatinya. Demikian juga seruan ‘verse’ pada Kiden Ina: ho…….hayai’  bagi orang Atadei Painara merupakan ungkapan pengantar yang suda menciptakan suasana duka. Raungan yang khas, mengungkapkan duka yang mendalam.

Hal tidak kalah penting adalah ‘bridge’ (jembatan) adalah kata-kata yang digunakan untuk menjembatani sebuah lagu. Ia ibarat sampiran dalam puisi. Dalam lagu Kiden Ina, ungkapan ‘nete lima wutun go smapai hala’ adalah ekspresi sebuah kerinduan untuk mengulurkan tangan menyapa seseorang tetapi tidak tercapai. Semakin tangan disorongkan, semakin ia menjauh bak fatamorgana.

Sementara ‘bridge’ pada lagu Peten Ina, terlihat dari deskripsi tentang ‘pana bohun horong teti kowa lolo, kowa lodo gere bumuk jaga’ adalah frase deskriptif yang sangat kuat. “Kowar” (awan) di sini merupakan ungkapan simbolis yang mewakili Tuhan. Kematian mama telah membawanya ke ‘kowa lolo’ (di atas awan). Karena itu dimohon dalam lagu itu agar ‘kowa lowo bumuk jaga’ (awan turun dan melindunginya bagai indu ayam mengepakkan sayap dan menjaga anaknya).

Kata-kata yang menjadi kombinasi cukup kuat antara bahasa Peinara Atadei dan bahasa Lamaholot. Frase lain seperti: hewo luran pana bohun, ungkapan yang menggambarkan bahwa api (kehidupan) telah padam karena disiram air lalu orangnya pergi. Nubun gere tawan geto  mengungkapkan bahwa muncul generasi baru tetapi orang tua sebagai ‘tawan’ (batang) seakan putus dengan kepergiannya.

Pada akhirnya bagian chorus merupakan pesan yang sangat kuat. Pada Peten Ina, gambaran tentang usaha sang ibu agar menjadikan anak sampai menjadi ‘manusia’ (atediken) merupakan pesan yang sangat kuat. Lebih lagi frase ‘ina mo orem hare-hare’ adalah frase yang sangat kuat mengungkapkan seorang ibu yang sangat baik hati.

Pada Kiden Ina, reffrain “Kiden Ina rae lewo tobo, ake susah ake tani” memiliki pesan yang sangat kuat. Pesan yang kuat dari lagu ini ditandai dengan dinamika lagu  mencapai klimaks dengan tone lagu yang cukup tinggi. Siapapun yang mendengar akan merasakan bahwa ia telah berada di puncak lagu ini.

Pada akhirnya hal berbeda dan  menjadi ciri khas dari putera pertama Anton Dolet Tolok dan Ana Nogo Henakin ini menjadi berbeda dari coda atau endingnya. Di bagian akhir lagu, Yus selalu memberikan coda atau ending yang berbeda dari lagu sebelumnya. “Ruat lalu watan kai niku aka ekan take, ema sayang go perohon, ama sayang, go perohon, pada doan lau lera matan” pada lagu Kiden Ina.

Coda pada lagu Peten ina juga sangat khas. Suami dari Maria Imelda Sonida (Ida)  itu memberikan variasi coda saat menyanyikan   ‘nuan nolo ti susah, mo matai peken kame, jadi go ata raya, peten onem senan ina, peten onem senan ina, ina goen e..” . Di sini frase ‘peten onem senan ina‘ keluar dari irama sebelumnya yang menjadikan coda atau ending menjadi lain. Sebuah variasi yang dalam dua lagu ini menjadi sangat khas. Yus tidak ingin menghentikan lagu dengan irama yang sama tetapi memberikan ‘surprise’ di akhir dengan keluar dari ritme awal.

Sebuah Modifikasi

Keunggulan mencipta lagu ini dari Yus Tolok, ayah dari Stella Maris Nogo Tolok, (Stella) kelahiran Kebumen 17 Maret 2007 itu sungguh sebuah bakat alamiah. Ia terlahir dengan talenta dalam muski. Aneka alat musik bisa dimainkan hanya mengandaikan keterampilan melihatnya sebentar saja.

Yus yang menikahi Sonida (Ida) asal Kebumen, kelahiran  8 Juni 1971, juga sangat multitaleted dengan berbagai keterampilan lain. Bermain bola merupakan sebuah keunggulan lainnya. Bahkan semasa di SMA sudah dipakai untuk bermain di beberapa klub di Flores Timur.

Bakat itu tentu tidak bsia dipisahkan dari trauma yang juga pernah dialami semasa di SD. Yus pernah jatuh dari atas pohon kelapa yang membuat tulang tangannya patah dan dengan pijitan kampung, bisa disambung, meski dengan konsekuensi sejak itu tangannya tidak bisa ditekuk lagi. Meski demikian, ia bisa menyesuaikannya dengan peralatan musik seperti guitar kalau hendak digunakan.

Dalam kaitan dengan keterampilan bernyanyi dan membuat lagu, harus diakui, Yus tukup cerdas dan cerdik dalam membaca peluang. Di satu pihak ia tidak bisa sangkali bahwa bahasa Pairara Atadei memiliki khasanah yang luar biasa yang ingin diangkat. Tetapi pada sisi lain, ia tahu, pengguna bahasa ini sangat sedikit bahkan tidak mencapai 10% dari total penduduk Lembata. Itu berarti hanya menggunakan bahasa Atadei, jangkauannya akan sangat sedikit. Dari situ, ayah dari Stella,  ini mengombinasikan dengan bahasa Lamaholot  yang lebih umum dan memiliki pengguna yang lebih banyak.

Darinya, Yus yang adalah lulusan SMA PGRI Lewoleoba dan sempat kuliah 3 semester di Unwira Kupang ini mengambil jalan tengah. Di satu pihak, sadari bahwa akar di mana ia berasal Atadei memberinya beberapa ungkapan khas. Di sinilah kekuatan dari lagu ini dan menjadi pembeda.

Keberhasilan Yus dalam menggunakan beberapa ungkapan khas saat orang berduka seperti seruan ‘ho haya i’ menjadi sebuah seruan ratapan yang sangat khas dan sedih untuk orang-orang Atadei tetapi diterima juga sebagai ratapan ala Lamaholot.  Ungkapan ini begitu umum tetapi belum pernah ada lagu sebelumnya yang coba mengangkatkan dalam lagu dan menjadikannya begitu hidup. Demikian juga tangisan yang diungkapkan dengan begitu mendalam oleh Felix Matarau pada Peten Ina menjadi hal yang sangat kuat.

Yang menjadi luar biasa, ungkapan khas ini tidak dibiarkan sendirian. Dalam kesempatan yang sama, Yus melengkapi dengan bahasa Lamaholot yang lebih umum, hal mana membantu orang  untuk menafsir segera bahwa apa yang diungkapkan sebelumnya (dalam bahasa Peinara Atadei dapat segera dipahami dengan ungkapan Lamaholot), memiliki makna melalui penjelasan dalam kata-kata Lamaholot yang lebih lengkap.

Dalam arti ini, maka Yus bisa menjembatani agar pemirsa di luar Atadei bisa segera mengidentikkan diri dengan lagu tersebut dan bisa menjadikan lagu ini sebagai lagu yang menyentuh. Ini bisa jadi penjelasan, bagaimana bisa dalam waktu yang relatif singkat, lagu Peten Ina (Felix Matarau) maupun Kiden Ina (Ponsi Huar dan Kaslan Luon) begitu dinikmati dan dijadikan ‘viral’ di Lembata khususnya dan Lamaholot umumnya.

Kiden ina versi ‘Felix Matarau’ diluncurkan 22 Mei dan hanya dalam 1 hari mencapai 7rb lebih penonton. Diperkirakan menjadi versi yang akan sangat mendapatkan sambutan penikmat musik Lamaholot. 

Hal ini bisa diperjelas dengan catatan Youtube tentang pentonton yang telah menikmati dua lagu ini. Lagu Kiden Ina dari Ponsi Huar ditonton oleh 84 ribu orang dalam 6 tahun. Kaslan Luon dengan lagu yang sama dengan variasi musik dan modulasi yang variatif dan hidup mendatangkan 141 ribu penonton hanya dalam satu tahun (diluncurkan 16 Mei 2019).

Bahkan bagi pendengar di Lembata, Kiden Ina sudah identik dengan Kaslan Luon.  Hal ini juga dibandingkan dengan semua lagu Kaslan di Youtube, tidak ada yang bisa menandingi Kiden Ina. Lagu Kaslan terdekat ‘Cinta Titen’  terdekat dengan penonton terbanyak adalah mencapai 45 ribu sementara lagu lain di bawah 10 ribu. Melihat antusiasme atas lagu tersebut, Kaslan telah membuat Kiden Iden versi Karoke yang hanya dalam 4 bulan telah mencapai 2500 penonton.

Namun sejak 17 Januari 2020, Bozton Wuran melalui Bozton Wuran Official mengeluarkan youtube  dengan lagu KIDEN INA. Hanya dalam waktu 4 bulan (pada 17 Mei 2020), telah mencapai 100 rb penonton. Diperkirakan, Bozton bisa melewati Kaslan. Hal ini bisa jadi karena Bozton menyisir penikmat muski wilayah Lamaholot. Tetapi Felix yang sukses menyanyikian Peten Ina dari Yus Bala Tolok akan menjadi saingan berat karena pada tanggal 22 Mei 2020 telah ikut menyanyikan Kiden Ina. Hanya dalam sehari, penonton sudah mencapai 7rb orang lebih.

Atas rangkaian lagu di atas, tentu belum jadi kesimpulan bahwa lagu ciptaan lain dari Yus Bala  yang mengungkapkan suasana lain (selain lagu sedih ina) begitu dinikmati. Tetapi minimal untuk waktu sekarang, lagu yang bernuansa elogi menyanjung orang tua (mama) mewakili sebuah warna yang khas yang menjadikan Yus Bala sebagai pencipta lagu yang tidak bisa dipandang sebelah mata di Lembata dan Kawasan Lamaholot kini.

Ia tentu harus berterimakasih karena group Konok sebagai pendobrak yang telah mengangkatnya di blantika music Lamaholot. Namun pada saat bersamaan, dengan lagu yang memiliki ‘verse’ dan ‘bridge’ serta ‘chorus’ yang begitu kuat, membutuhkan penyanyi yang juga kuat untuk mengangkatnya menjadi begitu kuat. Suara Kaslan Luon (juga Ponsi Huar) dan Felix Matarau bisa dianggap sebagai orang yang ‘pas’ untuk bisa membawakan lagu-lagu sehingga pesannya menjadi lebih kuat.

Tidak hanya itu. Lagu-lagu dari ‘Tinyu’, demikian nama sapaan kekraban waktu kecil, sangat pas dengan model video cliping seperti yang menjadi ciri khas Felix Matarau. Felix lebih suka bermain dengan simbol-simbol baik muski maupun cuplikan video yang membaut penasaran. 

Perpaduan  antara penyanyi (Felix Matarau) dan pencipta lagu  (Yus Bala Tolok) menuju sebuah kerjasama saling menguntungkan.  Penyanyi tidak bisa ‘besar’ tanpa pencipta lagu yang hebat. Kerjasama keduanya secara pribadi maupun ekonomis adalah hal yang sangat penting 

Harapannya, ke depan masih ada lagu-lagu yang ‘booming’ dari Yus. Sebuah apresiasi dan dukungan atas talenta. Tidak lupa menggaris bawahi bahwa hasil yang kini bisa ‘dipetik’ tidak lepas dari proses usaha yang panjang yang sebagian besar dipelajari secara otodidak dan sebagai orang yang begitu dekat, ikut berbangga atas proses ini sambil berharap ‘berkah’ yang dinikmati oleh orang yang menyanyikan lagu-lagu ciptaan Yus Bala Tolok bisa sedikitnya dinikmati oleh sang penciptanya. (Robert Bala, 17 Mei 2020).

(Bagi penyanyi Lokal yang ingin memperoleh lagu baru gubahan Yus Bala Tolok, bisa menghubunginya di 0813-1942-5977 dan 0821-1212-5451. Kerjasama saling menguntungkan baik pembelian lagu maupun kerjasama bagi hasil akan merupakan peluang yang sangat terbuka. Saat ini ada 12 lagu siap pakai. Silakan kontak untuk kerjasamanya).