Sinun Petrus Manuk: BIARKAN SEMUANYA MENGALIR

Sinun Petrus Manuk

 BIARKAN SEMUANYA MENGALIR…

Apa kenangan pada Kepala SKPD Lembata dengan Sinun Peterus Manuk saat menjadi bupati? Demikian pertanyaan yang diajukan kepada seorang Kepala Dinas mengorek keseharianya dengan Piter Manuk saat menjadi Penjabat Bupati (Agustus 2016 – Mei 2017).

Yang diingat ‘sang Kadis’ bukan hal-hal besar tetapi sentuhan kemanusiaan dari seorang Piter Manuk. “Sebelum turun ke lapangan dalam sebuah kunjunga, ia ajak kami semua untuk duduk makan-minum. Dengan kesederhanaan, Piter kerap kali justru melayani para Kadis agar mereka tidak tampak kikuk”, demikian kesaanya.

Hal yang sama dirasakan masyarakat. Pada hari Sabtu dan Minggu yang mestinya menjadi momen istirahat. Namun suami dari Dra. Maria Patricia Sumarni, MM ini justru digunakan untuk turun ke lapangan. Di sana ia dengan segera ketulusan berdialog dengan masyarakat dalam semangat persaudaraan.

“Bocah Petualang”

Model pendekatan yang diterapkan Piter pada bawahannya baik ketika menjadi Kadis Sosial, Kadis Pendidikan, maupun Penjabat Bupati Lembata bukan sesuatu yang dibuat-buat. Hal itu muncul dari pengalaman hidupnya.

Bisa dibayangkan. Saat masih usia sengat belia, berusia 9 tahun tepatnya berada di kelas 3 SD, ia sudah berani meninggalkan orang tuanya di Bunga Muda untuk pergi ke Lerek. Atas kedekatan ayahnya, Pius Payong Manuk yang jadi Kepala Desa 17 tahun di Bunga Muda Ile Ape,maka Guru Wadan Watun mengajak Piter untuk berpindah ke Lerek bersamanya.

Piter tidak pikir panjang. Ia pun rela tinggalkan mamanya, Pauluna Berlinan Manuk dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke Lerek. Jarak Bungamuda ke Lerek hanya 50 km. Tetapi saat itu jarak ini harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Tiga tahun (1970-1973) berada di Lerek tentu sebuah waktu yang tidak singkat bagi seorang anak ‘ingusan’. Tetapi bukan namanya Piter kalau ia tidak menikmatinya dengan senang hati. Hari-hari dilewati dengan gembira. Piter yang pandai mengiris tuak kerap melantunkan lagu-lagu orang dalam bahasa Lamaholot yang dengan cepat mencuri perhatian banyak orang.

Kisah ‘boca petualang’ ini tidak berhenti. Hanya dua bulan sebelum tamat SD, ia ditugaskan guru untuk mengambil peta timbul di Lewoleba. Saat hendak pulang ke Lerek, ia merasa begitu rindu pada orang tuanya. Pandangan pada ‘Ile Lewotolok’ membuatnya ingin ketemu orang tua. Ia bahkan rela tidak mau menyelesaikan sekolahnya hanya karena rindu itu begitu besar.

 

Melihat kedatangannya, ama Payong langung mendaftarkan Piter agar bisa menyeleaikan Ujian Akhir. Setelah tamat, sepupunya, Andreas Duli Manuk saat itu menjadi camat Omesuri di Balauring. Piter yang diajak pun tidak keberatan. Di sana ayah dari Gracia Pricilya Pratami Belinan Manuk dan Yohanes Charlos Christianto Payong Manuk melanjutkan sekolahnya di SMP Muda Karya Balauring hingga tamat 1976.

Tentang masa kecil bak ‘Bolang’, si Bocah Petualang, Piter mengatakan terlalu banyaknya pengalaman masa kecil membuatnya lupa sebagiannya. Bagi banyak orang termasuk keluarga, Piter itu ‘sedikit merepotkan’ oleh ulahnya yang berani. Tetapi baginya, pengalaman hingga kenakalan itu telah mengantarnya melewati anak tangga untuk menempati posisi yang bagi banyak orang tidak disangka-sangka.

Bayangkan saja. Setelah tamat SPG Kemasyarakatan Lewoleba, Piter tidak punya dana sama sekali untuk kuliah. Ia pun tidak putus asah, apalagi menyalahkan orangtua apalagi mengutuki nasib. “Saya menjadi TKI ilegal, bekerja di kebun kakao di Sabah, Malaysia”. Dengan modal itu Piter pun Kembali ke Kupang untuk kuliah.

Bak Trailer Film

Ujian untuk mengukur sejauh mana seseorang dapat membuktikan dirinya yang seutuhnya adalah ketika diberi kekuasaan. Kata-kata dari Presiden Amerika ke 16 Abraham Lincoln itu pun seakan menjadi bukti pada Piter. “Jika ingin menguji karakter seseorang beri dia kekuasaan”.

Sejak jadi PNS tahun 1988,  Piter membiarkan segala sesuatu mengalir seperti air. Selama 13 tahun di SMAN 1 sebagai guru BK, ia ditawari jadi Pengawas SMA. Beberapa saat kemudian menjadi Kasubdin Pendidikan Luar Sekolah. Dari sana jabatan sebagai Sekretaris Dinas Sosial kemudian Kadis 3 tahun lalu jadi Kadis Pendidikan dan Kebudayaan sekaligus Penjabat Bupati Lembata dilalui. Bila melihat ke belakang, semuanya akan sulit terbayangkan.

Bagi Piter yang sebelum pension masih dipercayakan sebagai Kadis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, kuncinya ujian terakhir ketika diberikan wewenang begitu besar sebagai Penjabat Bupati Lembata.

Jabatan itu hanya diemban 9 bulan. Praktisnya, seseorang yang diberi tugas hanya sebagai ‘penjabat’ untuk periode pendek mestinya tidak terlalu peduli membuat gebrakan yang sudah pasti tidak akan mudah diselesaikan dalam jangka pendek.

Namun itu justru dilakukan Piter. Ia gulirkan program pengembangan ratusan hektar usaha garam rakyat dengan metode geomembrane. Dalam jangka pendek saat itu. Alhasil dari potensi 6,5 ha, 3,5 ha bisa dipanen saat Piter masih sebagai penjabat. Hal itu memberi banyak harapan bahwa potensi garam itu memenuhi kebutuhan garam Lembata dan juga untuk kesehatan dan peningkatan ekonomi.

Warga Lembata pun patut angkat topi. Dengan posisi sebagai penjabat ia melaksanakan perayaan Hari Nusantara pada Desember 2016 yang hanya 4 bulan setelah ia menjabat. Semuanya dilaksanakan dalam koordinasi yang akhirnya menghasilkan perayaan yang sukses.

Apa rahasia kesuksesan ini? Bagi Piter kuncinya karena apapun yang dipercayakan dilaksanakan dengan maksimal. Dalam gurauannya Piter mengatakan menjadi seorang pemimpin, entah 5 tahun atau hanya 9 bulan bukan masalah. Yang terpenting, bagaimana seseorang menggunakan waktu yang ada semaksimal mungkin demi kebahagiaan orang lain. “Saya selalu bahagia ketika menyaksikan “ORANG LAIN BERBAHAGIA KARENA PERBUATAN SAYA“ ungkap Sinun sambil menerawang jauh”.

Menurut Piter, di atas segala yang bisa dibuat, yang paling penting adalah menjaga hubungan kemausiaan. “ “Hubungan kemanusiaan itu jauh lebih penting daripada hubungan birokratis yang sangat hirarkis. Dengan cleaning service  pun saya bertegur sapa. Kekompakkan tim harus kita bangun. Relasi bukan hanya atasan dan bawahan, tetapi juga menjadikan relasi atasan dan bawahan itu relasi antar kerabat dan sahabat.”

Semuanya ini yang sangat mengena. Tak heran, baig banyak masyarakat Lembata, meski hanya 9 bulan sebagai penjabat tetapi kenangan indah telah dipaterikan Piter. Ia ibaratnya sebuah  ‘trailer’ sebuah film. Sebelum sebauh film digulirkan, ada cuplikan kecil. Orang lalu berangan, apakah rekaman kecil itu akan tiba waktunya menajdi sebuah film sungguhan dengan menjadi bupati Lembata periode 2023 – 2028?

Piter tidak menjawabnya. Pengalaman dan praktik hidupnya mengajarkan bahwa ia tidak pernah memaksakan jalan hidupnya. Semuanya mengaliar seperti air. Biarkan semuanya mengalir saja. Ia yakin, kalau hal itu terjadi, maka itu bukan sesuatu yang datang dari dirinya tetapi orang lain dan ‘yang di atas’ yang telah mengatur jalan itu.

Baginya, kalau soal kehendak pribadi, yang terbaik adalah menikmati masa pension dengan beternak babi dan berkebun di lahanya di Sikumana, belakang RS Carolus. Selain bernilai ekonomis, juga bernilai sosial karena ia bisa menampung tenaga kerja,  walaupun baru beberapa orang. “Berada di kebun juga menjadi kesempatan refreshing dan merenung sehingga kita bisa mencapai keseimbangan. Berada di kebun, mengurus pohon pepaya yang masih pendek-pendek tetapi sudah berbuah atau memberi makan babi adalah juga sebuah kenikmatan.” (Robert Bala, 11/10/2020)

Leave a comment